Testimoni Perkuliahan pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Penulis telah berkuliah di Universitas Sumatera Utara di jurusan psikologi. Penulis memang menyukai hal-hal yang berbau psikologi. Menurut penulis, psikologi memiliki kajian yang sangat menarik dan sangat menyenangkan bila menjelajah dalam ilmu psikologi. Pada saat ini, penulis memasuki semester dua. Empat resume yang penulis lampirkan sebelum postingan ini merupakan tugas-tugas yang diwajibkan oleh mata kuliah psikologi pendidikan. Mata kuliah Psikologi Pendidikan merupakan mata kuliah yang wajib di semester ini. Selama mengikuti kelas ini, penulis merasa tertarik dengan bagaimana dosen-dosen menyampaikan materi. Pengumpulan tugas ke dalam blog juga merupakans salah satu hal yang saya senangi. Mengapa? Mahasiswa akan meringkas apa yang telah ia pelajari dan apa yang telah dosen-dosen ajarkan dan akhirnya, para mahasiswa akan membaca materi-materi tersebut. Yang kedua, tugas-tugas yang diberikan apa diperiksa oleh dosen dan jika terbukti plagiat, maka mahasiswa akan dikenakan sanksi. Para mahasiswa dituntut untuk bisa menulis dan belajar tidak hanya copy-paste. Yang ketiga, pada mata kuliah ini, para mahasiswa diberikan tugas untuk mengobservasi langsung ke lapangan. Materi-materi pelajaran yang telah dikaji secara tidak langsung diaplikasikan di lapangan. Sejauh ini, penulis merasa pelajaran-pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan pada mata kuliah ini membantu penulis untuk memahami konsep-konsep dasar dari psikologi pendidikan.

Laporan Hasil Observasi "Manajemen Kelas pada SMK"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama bagi calon guru, guru baru dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal.
Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yag memungkinkan peserta didi untuk belajar dengan baik. Tugas guru adalah mampu menguasai kelas secara optimal agar ia dapat mengatur peserta didik. Jika guru tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka akan timbul permasalahan-permasalahan baik itu permasalahan yang sifatnya sementara dan tidak mengganggu, hingga ke permasalahan yang serius dan terus menerus.
Kelompok peneliti akan memilih SMK Telkom Sandhy Putra Medan. SMK tersebut dipilih karena kelompok menganggap sekolah tersebut tepat dan tidak jauh dari kampus peneliti-peneliti.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah manajemen kelas yang diobservasi terlaksanakan dengan baik?
2.      Apa yang dilakukan guru dalam mengelola kelas?
3.      Apakah terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi menajemen kelas?

C.     TUJUAN OBSERVASI
1.      Untuk mengetahui proses manajemen kelas di sekolah.
2.      Untuk mengetahui teori belajar, motivasi, orientasi belajar, dan manajemen kelas.
3.      Untuk mengetahui sejauh mana manajemen kelas berperan dalam pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    LANDASAN TEORI MANAJEMEN KELAS
Keterampilan mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang bertujuan untuk mewujudkan dan mempertahankan suasana pembelajaran yang optimal, artinya kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampauan profesional guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan menciptakan disiplin belajar secara sehat.

Kondisi hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen.Kedudukan dan peran guru sering dianggap sebagai komponen yang paling bertanggungjawab di dalam sistem pendidikan. Rochman Natawijaya mengutip pendapat C.E Beeby yang menonjol dua kelompok tentang faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, yakni: faktor sosial, ekonomi, dan administratif di satu pihak dan pihak lain adalah faktor profesional (Beeby : 29, 35 dalam Natawijaya : 1991).

Guru memilki porsi terbesar dalam pemberian kontribusinya terhadap mutu pendidikan. Dengan demikian merupakan suatu hal yang mutlak bagi  setiap guru untuk memiliki kemampuan-kemapuan yang dituntut oleh profesinya tersebut. Sejalan dengan itu, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1998: 213) mengatakan bahwa: “Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran. Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru yang mampu mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa peserta didik  mencapai tujuan-tujuan itu, guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau klasifikasi profesional. Karena melalui kemampuan-kemampuan tersebut guru melaksanakan peranan-peranannya.”

Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru karena pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman, 1996: 75).

Sunaryo dan Nyoman Dantes (1996/a1997a:75) menyebutkan: “Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam dampak langsung atau dampak instruksional dan dampak tak langsung atau dampak kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan semula. Sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh dari atau terjadi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar.”

Tampak jelas bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang tidak semata-mata memberikan dampak instruksional, tetapi juga memberikan dampak iringan positif.

B.     LOKASI DAN WAKTU OBESRVASI
Untuk tugas Psikologi Pendidikan kali ini, kelompok kami mendapat bagian mengobservasi sekolah menengah kejuruan.Lokasi yang kami ambil untuk melakukan observasi adalah Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandy Putra Medan, atau biasa disingkat SMK Telkom Sandhy Putra.Sekolah tersebut terletak di Jalan Jamin Ginting Nomor 9c, Simpang Selayang, Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara.

SMK Telkomsel Sandhy Putra Medan berpredikat sebagai sekolah yang bertaraf internasional dan berstandar ISO 9001. Sekolah menengah kejuruan ini dikatakan sebagai sekolah kejuruan terbaik yang berada di Medan atau digolongkan sebagai sekolah terbaik di Indonesia karena akreditasi sekolah ini sudah mencapai A. Dalam menerapkan sistem pembelajaran, sekolah ini mengikuti kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah yakni kurikulum 2013.

Terdapat empat jurusan kelas pada Sekolah Menengah Kejuruan Sandhy Putra Medan, yakni: Multimedia, Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Teknik Akses. Jurusan yang paling diminati di sekolah ini adalah Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Kemudian agar dapat bersekolah di SMK tersebut, terdapat beberapa jalur masuk.Jalur masuk yang pertama adalah melalui Tes Mandiri.Kemudian ada pula JPA Akademik, jalur masuk ini melalui nilai-nilai raport akademik calon siswa.Yang ketiga adalah jalur masuk dengan Tes Tulis. Serta jalur yang terakhir melalui try out, SMK ini kerap kali mengadakan try out ke sekolah-sekolah, apabila ada calon siswa yang hasil try out-nya memenuhi syarat, maka jika calon siswa itu ingin mendaftar  ke SMK Sandhy Putra Medan dia tidak perlu mengikuti tes kembali.

Kami mengobservasi sekolah tersebut pada hari Sabtu, 1 April 2017. Lama waktu yang kami lakukan untuk melakukan observasi adalah 4 jam, dimulai dari pukul 08.30 hingga pukul 11.30 Waktu Indonesia Barat. Dikarenakan jumlah seluruh anggota kelompok yang tidak memungkinkan untuk mengobservasi satu kelas, anggota kami dibagi menjadi dua sub-kelompok dan mengobsevasi dua kelas dengan jurusan yang berbeda.Dua kelas yang kami observasi adalah kelas sepuluh/ satu SMK berjurusan Rekayasa Perangkat Lunak dan Teknik Komputer dan Jaringan.

C.     SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian untuk tugas Psikologi Pendidikan mengobservasi manajemen kelas tak lain ialah siswa, siswi, beserta guru yang mengampu pelajaran di                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan. Di sekolah tersebut, kami dibagi untukmengobservasi dua kelas karena jumlah anggota yang terlalu banyak untuk mengobservasi satu kelas. Hal tersebut ditakutkan akan mengganggu konsentrasi belajar para peserta didik.

Kelas pertama yang diobservasi oleh empat orang anggota kami adalah kelas 10 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).Sedang kelas yang kedua, diobservasi oleh tiga orang anggota kelompok lainnya, adalah kelas 10 jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

D.    OBJEK PENELITIAN
Objek yang diteliti dari siswa-siswi dan juga guru adalah manajemen kelas pada Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan. Manajemen kelas tersebut dapat dilihat dari bagaimana suasana ruang kelas untuk belajar, metode yang digunakan oleh guru-guru untuk pembelajaran, stimulus motivasi belajar yang diberikan guru, media yang digunakan dalam pembelajaran, serta bagaimana reaksi siswa dan sisiwi di sana dalam mengikuti proses belajar-mengajar.

E.     VARIABEL OBJEK
Dari observasi yang dilakukan oleh kelompok kami mengenai manajemen kelas Sekolah Menegah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan, maka dapat variabel yang dapat diambil ialah:

1.      Variabel Bebas
Variabel bebas dari observasi tersebut adalah suasana ruang belajar, metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, stimulus motivasi belajar dari guru, media yang digunakan dalam pembelajaran.

2.      Variabel Terikat
Variabel terikat pada observasi ini adalah respon atau siswa terhadap proses belajar mengajar, apakah peserta didik merespon kegiatan belajar mengajar dengan antusias sehingga mengalami peningkatan prestasi dan nilai. Atau justru peserta didik tidak terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran dan dapat menyebabkan penurunan prestasi dan nilai pada peserta didik.

F.      MANFAAT OBSERVASI
Manfaat yang bisa didapat dari melakukan observasi manajemen kelas pada Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan adalah untuk mengetahui bagaimana suatu isntansi sekolah melakukan manajemen terhadap kelas yang mereka ampu.
Manajemen kelas sangat berguna dalam membangun proses belajar-mengajar yang baik antara peserta didik dan pengajar. Apabila manajemen kelas dilakukan dengan baik, maka hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar serta juga meningkatkan prestasi dan nilai-nilai belajar.

Observasi ini juga sangat membantu dalam memperbaiki manajemen kelas yang kurang terorganisir dengan baik, sehingga instansi sekolah dapat mengoptimalkan manajemen kelas untuk peningkatan proses belajar-mengajar.

G.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA 
Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data adalah melalui observasi. Kelompok kami mengobservasi bagaimana cara siswa-siswi dan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan memanajemen kelas tersebut untuk proses belajar-mengajar. Tak luput mengobservasi bagaimana guru-guru yang mengampu pelajaran menyampaikan pelajarannya dan metode apa yang digunakan untuk menarik perhatian peserta didik dalam belajar. Kami juga mengamati reaksi-reaksi yang dilakukan para peserta didik saat melakukan proses belajar-mengajar.

Untuk melengkapi serta menambah informasi, teknik pengambilan data lainnya yang kelompok kami lakukan adalah dengan teknik wawancara. Kami mewawancarai tentang manajemen kelas melalui tiga sudut pandang, sudut pandang guru yang mengampu mata pelajaran, sudut pandang siswa yang duduk di depan, dan sudut pandang siswa yang duduk di belakang. 




BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
Teknik dalam pengambilan data yang kami gunakan adalah teknik observasi serta wawancara. Observasi kami lakukan dengan mengamati langsung bagaimana suasana dan proses belajar-mengajar di ruang kelas SMK Sandhy Putra Medan. Subjek-subjek yang kami amati berada di dua kelas yang berbeda serta jurusan yang berbeda pula, yakni kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Kemudian teknik pengambilan data lainnya yang digunakan adalah teknik wawancara. Terdapat tiga subjek yang diwawancarai, masing-masing memiliki sudut pandang berbeda. Subjek-subjek yang diwawancarai adalah guru pengampu mata pelajaran, siswa yang duduk di bagian belakang, serta siswa yang duduk di bagian depan.

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, maka dapat diambil informasi mengenai manajemen kelas pada SMK Sandhy Putra Medan, sebagai berikut:
1.      Suasana Ruang Kelas
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO8xhnvS58PfCpK45aMiNiUtuCkNrPZuqdurz-vYw78gEi8kViM_fWjew7sjQ3pqo8WMaEavpwLvKATzAcCQRxMYZ1gg8PnJIijtdfil9ZXLqmaJ1P7jQzKkjZPspIJKe9RRgPk3EYv54/s320/PANO_20170401_092117.jpg
Kelompok kami dibagi untuk mengamati dua ruang kelas yang berbeda. Pada kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), suasana ruang kelasnya cukup kondusif dan nyaman dengan ruang kelas yang cukup luas,jendela dan ventilasi yang memadai serta pencahayaan dari jendela yang terbuka dan lampu yang terdapat di dalam kelas tersebut. Di dalan kelas 10 RPL,terdapat 1 buah kipas angin besar yang terdapat pada bagian belakang kelas tetapi tidak digunakan.Kami juga melihat beberapa sapu dan kardus berada di sudut belakang kelas yg kurang tertata dengan rapi.
Suasana ruang kelas pada saat guru mengajar cukup tertib. Anak-anak belajar menggunakan infokus untuk melihat slide materi dari gurunya. Pada saat kami memasuki kelas,anak-anak sudah diberi tugas oleh gurunya untuk dikerjakan langsung pada saat itu juga. Ada yang benar-benar serius dalam mengerjakan, ada juga yang cukup santai dan tenang sembari mengobrol dengan teman sebangkunya. Setelah tugas dikumpulkan,barulah bapak guru tersebut mulai menjelaskan materi.
Jumpah siswa dalam kelas ini berjumlah 36 orang dengan laki-laku berjumlah 30 orang dan perempuan berjumlah 6 orang.Jumlah siswa di dalam kelas ini memamng di dominasi oleh anak laki-laki.

Sedang pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), suasana kelasnya cukup nyaman untuk proses belajar-mengajar. Suasana kelas tersebut sejuk, terdapat cukup banyak ventilasi udara yang terbuka, sehingga memungkinkan udara untuk masuk menyejukkan ruang kelas tersebut.

Pencahayaan di kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan pun sangat cerah, memudahkan peserta didik dalam membaca buku, tanpa harus menghidupkan lampu ruangan. Hal ini dikarenakan cahaya banyak masuk melalui jendela-jendela di ruangan kelas itu.Kelas tersebut pun menghadap ke luar halaman, memudahkan cahaya masuk tanpa terhalangi oleh tembok atau pohon-pohon.

Agar peserta didik merasa lebih nyaman dalam belajar-mengajar, kesejukan ruang kelas tidak hanya mengandalkan udara yang masuk melalui ventilasi.Kelas tersebut juga dilengkapi dua buah kipas angin besar.Namun, kipas yang dinyalakan hanya satu buah saja, sehingga terkadang peserta didik juga merasa gerah.

Jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak 40 orang.Dengan murid laki-laki berjumlah 30 orang, dan murid perempuan hanya berjumlah 10 orang.Jumlah siswa di kelas ini tidaklah banyak sehingga membuat para siswa tidak perlu berdesakan untuk duduk, dan ruang kelas tidak terasa penuh karenanya.

Para peserta didik duduk  pada meja serta bangku sebanyak empat baris. Meja dan bangku yang digunakan siswa dalam belajar sangat nyaman digunakan. Meja-meja tiap siswa tidak bertekstur kasar, para siswa pun akan mudah dalam menulis menggunakan meja seperti itu. Bangku-bangku yang disediakan untuk peserta didik juga terbilang bangku yang bagus. Terdapat bantalan pada bangku-bangku tersebut juga pada sandarannya, hal ini akan membuat siswa-siswa nyaman mendudukinya dan memudahkan siswa dalam belajar.

Kelas tersebut pun dilengkapi beberapa alat-alat yang digunakan dalam proses belajar-mengajar seperti pengeras suara (speaker) untuk memberitahukan pengumuman, Proyektor Liquid Crystal Display (LCD) untuk menampilkan presentasi, juga papan tulis  putih yang menggunakan spidol agar siswa dapat melihat tulisan di depan dengan jelas.

2.      Sesi Pelajaran
Sesi Pembelajaran yang dilakukan pada tiap-tiap kelas, atau bahkan tiap hari berbeda.Satu mata pelajaran bisa terdiri dari dua, tiga, atau bahkan sampai empat sesi. Dalam satu hari, terdapat sekitar tiga sampai empat mata pelajaran yang dipelajari, akan tetapi jumlah sesinya bisa mencapai sepuluh sesi pelajaran. Untuk sesi terlama, yakni empat sesi, biasanya digunakan untuk praktik di laboratorium.Hal ini dikarenakan, materi praktik membutuhkan waktu yang lebih lama agar siswa dapat menguasai materi yang diberikan.

3.      Metode Pembelajaran
Di dua kelas yang kami amati memiliki metode pembelajaran yang perbeda. Guru pengampu pelajaran di kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), biasa menggunakan metode ceramah, metode tanya-jawab, kemudian juga terdapat metode diskusi.  Metode diskusi biasanya digunakan agar para peserta didik lebih belajar untuk bekerja sama. 

Kemudian pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), guru yang mengampu mata pelajarannya biasa menggunakan metode ceramah yang sesekali diselingi dengan pemberian contoh. Agar siswa dapat lebih mengerti, guru tersebut pun mengajak siswa untuk praktik membuat contoh lainnya di depan kelas.

Tidak hanya sampai sebatas itu, guru tersebut juga memberikan latihan soal kepada murid-murid lainnya, yang tidak berkesempatan maju ke depan kelas, untuk membuat contoh mereka sendiri dan ditulis pada buku latihan.

Meskipun di awal proses pembelajaran guru tersebut sudah memberikan contoh, ditambah contoh lainnya dari murid yang maju ke depan kelas, pada beberapa siswa masih ada yang belum memahami sepenuhnya materi yang disampaikan sebelumnya. Sehingga guru tersebut membantu siswa yang belum mengerti dengan cara mengecek satu per satu pekerjaan peserta didik. Guru tersebut memberikan pembetulan pada pekerjaan peserta didik yang salah. Guru tersebut juga menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari siswanya dalam mengerjakan latihan mereka. Cara ini dilakukan oleh guru tersebut dengan tujuan agar pemahaman materi yang disampaikan merata pada seluruh siswa, tidak hanya dipahami oleh beberapa siswa saja.

Sesekali guru akan menggunakan metode diskusi berkelompok. Guru akan mengelompokkan siswa yang lebih dalam pemahamannya mengenai materi yang disampaikan, dengan siswa yang kurang tanggap dalam proses belajar-mengajar. Hal ini dimaksudkan, agar siswa yang lebih menguasai membantu siswa lainnya yang kurang mengerti materi pelajaran. Jika ada kesulitan dalam diskusi kelompok tersebut, guru pun akan senantiasa membantu.   

Lalu, apabila guru tersebut berhalangan untuk hadir, cara yang dilakukan untuk mengatasi agar proses belajar-mengajar tetap berlangsung adalah dengan menghubungi staf untuk mengerjakan soal-soal di buku. Soal-soal yang diberikan tentunya materi yang sudah diajarkan, bukan materi baru, sehingga para siswa pun akan leluasa mengerjakan soal tersebut. Kemudian, cara lainnya untuk bisa mengatasi halangan hadir tersebut adalah dengan memberikan bahan materi pada siswa yang rumahnya dekat dengan guru, siswa tersebut bisa membagikan bahan untuk dipelajari siswa-siswa lainnya saat guru tidak dapat hadir.  

4.      Stimulus Motivasi yang Diberikan Guru
Cara guru pengampu pelajaran di dua kelas yang kami amati pun juga berbeda. Pada kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), guru tersebut menambah motivasi peserta didik dalam belajar dengan cara memberikan pekerjaan rumah (PR). Pemberian pekerjaan rumah tersebut dilakukan dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pelajaran meskipun hanya sedikit. Pekerjaan rumah diharapkan menjadikan murid  dapat menyimpan materi pelajaran di otak dan dipahami dengan baik.

Sedang pada guru pengampu pelajaran di kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan, pemberian motivasi untuk meningkatkan semangat belajar siswa biasanya diberikan di awal pelajaran. Guru tersebut memotivasi siswa dengan cara bercerita mengenai orang-orang yang sukses dalam berusaha dan belajar mereka. Kemudian, guru juga memotivasi para siswa dengan mengingatkan peran orang tua. Guru tersebut akan bercerita mengenai jerih-payah yang dilakukan orang tua siswa agar mereka dapat menuntut ilmu, agar mereka dapat bersekolah. Guru mengingatkan sudah sepatutnya jerih-payah orang tua siswa dihargai dengan belajar yang giat dan memanajemen waktu yang baik.

Kemudian pemberian motivasi juga dilakukan oleh guru tersebut di tengah-tengah proses pembelajaran. Ketika siswa-siswa diberi kesempatan untuk maju ke depan menuliskan contoh, guru tersebut juga akan memuji hasil pekerjaan para siswa meskipun masih ada beberapa pekerjaan yang salah. Guru tersebut juga mengatakan kepada siswa-siswanya bahwa mereka pasti bisa untuk memahami materi pelajaran, asal mereka mempunyai niat untuk berusaha.

5.      Respon Para Siswa Selama Proses Belajar Mengajar
Pada kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) respon siswa selama proses belajar mengajar cukup baik. Pada les pertama dan kedua, saat guru mengajar dan sesekali melempar pertanyaan kepada siswa, beberapa orang cukup antusias mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari gurunya. Beberapa masih terlihat malu atau ragu sehingga gurunya sendiri yang menunjuk siapa yang akan menjawab pertanyaannya. Sebagian besar siswa menjawab dengan benar pertanyaan gurunya tersebut dan hanya 1 orang saja yang tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya.
Para siswa juga memerhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan meskipun beberapa orang yang duduk pada bangku paling belakang terlihat sedang memainkan laptopnya ataupun sesekali mengobrol dengan teman sebangkunya.
Pada les ketiga, guru yang lain masuk dan memulai pelajaran bahasa inggris. Hal pertama yang dilakukan adalah mereka diminta untuk menyerahkan pekerjaan rumah (PR) mereka kedepan, para siswa langsung menyerahkan tugas tersebut dan langsung diperiksa oleh gurunya.Hal yang kedua adalah guru mengembalikan hasil ujian bahasa Inggris mereka minggu lalu. Satu per satu maju ke depan untuk mengambil hasil ujian mereka. Kami melihat beberapa respon yang berbeda seperti senang, bingung, sedih dan ada yang bersikap biasa saja setelah melihat nilai mereka.Beberapa orang anak pun terpaksa remedial karena nilai mereka tidak memenuhi standar.
Terakhir, guru pun memulai materinya tentang “Present Perfect Tense “ kepada murid-muridnya. Antusias yang cukup besar kami lihat dari anak-anak pada saat pembelajaran tersebut.Walaupun tetap saja ada beberapa orang yang terlihat tidak terlalu peduli dengan nateri dan penjelasan dari gurunya tersebut.

Kemudian pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), siswa-siswanya memerhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru secara saksama. Meskipun sesekali beberapa siswa yang duduk di bangku belakang bermain-main, tapi para siswa tersebut tetap memerhatikan penjelasan guru dengan baik tanpa bersuara dengan keras ataupun mengganggu penjelasan yang disampaikan guru.

Siswa-siswa tersebut juga mendengarkan apa yang disuruh oleh guru mereka dengan baik. Guru tersebut menyuruh sebagian siswa yang duduk di belakang memindahkan tempat duduk mereka untuk sementara, agar kami yang datang mengobservasi mereka dapat duduk dengan nyaman pula. Perintah tersebut langsung dilaksanakan oleh siswa-siswanya dengan baik, tanpa ada keluhan sedikitpun.

Hanya saja, beberapa siswa masih kurang antusias untuk berpartisipasi ketika guru mengajak siswanya untuk maju ke depan memberikan contoh. Beberapa siswa juga terlihat sesekali memainkan handphone (hp) juga laptop secara diam-diam, ketika guru masih menerangkan materi pelajaran.

Akan tetapi, para siswa terlihat antusias saat mengerjakan tugas latihan yang diberikan guru.Beberapa siswa yang belum memahami sepenuhnya materi pelajaran, nampak aktif untuk bertanya kepada guru.Seluruh siswa, bahkan yang duduk di bangku belakang sekalipun, aktif mengerjakan soal latihan mereka tanpa ada yang mengabaikan latihan dengan bermain-main.

Siswa-siswa di kelas tersebut juga memiliki karakter yang ramah, beretika, serta sopan dan santun. Tanpa harus disuruh atau diaba-abakan oleh guru, siswa-siswa tersebut langsung duduk, memerhatikan, dan mendengarkan dengan saksama orang yang berbicara di depan kelas.       

6.      Metode Penilaian oleh Guru
Guru pengampu mata pelajaran di kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunka (RPL) biasanya menilai kinerja para siswa melalui nilai pengetahuan, maksudnya ialah dengan menilai bagaimana interaksi siswa dan guru dalam kelas. Kemudian guru juga menetapkan nilai berdasarkan tingkah laku para siswa, seperti bagaimana kesopanan dan kesantunan siswa di kelas maupun di sekolah.

Pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), guru pengampu pelajaran memberikan penilaian kinerja peserta didik dengan beberapa cara. Pertama adalah melalui aktivitas di ruang kelas seperti bagaimana peserta didik aktif dalam berpartisipasi maju ke depan, bertanya, berdiskusi, dan mengerjakan tugas. Peserta didik juga dinilai melalui keterampilan-keterampilan membuat kreasi mereka, sehingga penilaian tidak mutlak hanya berdasarkan ujian-ujian saja.

Aktivitas di ruang kelas tersendiri dinilai oleh guru tersebut sebagai suatu hal yang spontan dilakukan, yang tidak dapat ditiru oleh orang lain atau tidak bisa meniru orang lain. Jikalau hanya memberikan penilaian melalui pekerjaan rumah saja, maka pekerjaan tersebut masih dapat ditiru oleh yang lainnya. Akan tetapi, perilaku dan aktivitas para siswa kesehariannya adalah suatu ciri khas pribadi yang tidak mungkin dapat ditiru oleh orang lain.

7.      Media yang Digunakan dalam Proses Belajar-Mengajar
Media-media yang biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar pada dua kelas hampir sama yakni menggunakan Proyektor Liquid Cryztal Display (LCD). Kemudian juga sesekali media yang digunakan adalah pengeras suara (speaker)untuk lebih memahami pelajaran bahasa dengan mendengarkan percakapan dari pengeras suara.Buku juga digunakan sebagai media pembelajaran yang paling utama bagi peserta didik.

Pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), guru pengampu pelajaran juga memperbolehkan siswa-siswanya untuk membuka kamus bahasa ataupun menggunakan kamus elektronik melalui handphone (hp). Penggunaan laptop dan komputer pada siswa juga diperbolehkan, terutama dalam membuat presentasi dan praktik komputer.



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya.Tugas guru seperti mengontrol, mengatur, atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi pada saat ini.Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik menurut tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan susana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif.
Keaktifan siswa dalam proses belajar dipengaruhi dari sistem manajemen kelas yang dipilih oleh guru dan bagaimana cara guru membuat siswa tertarik dalam mengikuti pelajaran, disiplin dan bertanggung jawab dalam menyelelesaikan tugas mereka. Jika siswa menyenangi pelajaran yang diberikan oleh guru, maka siswa akan semangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga guru harus bisa memahami kondidi belajar maupun siswa yang akan diajar. Sehingga siswa bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Metode yang digunakan guru pada sekolah ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok (pada tugas kelompok) agar mereka dapat bekerja sama satu sama lain. Suasana kelas ikut mendukung sistem manajemen kelas ini. Kelas yang aman, nyaman, dan bersih dapat membuat mereka menjadi tertib, kreatif, dan lebih fokus pada saat proses pengajaran. Semua siswa yang diobservasi terlihat sangat aktif dalam pengerjaan tugas mereka. Guru telah melakukan sistem manajemen kelas dengan baik.
B.     Saran
Dalam menentukan sistem manajemen kelas, guru harus mempertimbangkan apa saja yang dapat dilakukan oleh siswa. Guru harus membuat materi pembelajaran lebih menarik, sehingga bisa membuat siswa tertarik dalam mengikuti proses belajar.
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu, guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar lebih menyenangkan, efektif, dan efisien dapat terlaksana dengan baik.


Link Kelompok 1

Motivasi

APA ITU MOTIVASI?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Maksud dari kalimat sebelumnya adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Misalnya, seorang anak ingin sekali mendapatkan juara 1 supaya membuat orang tuanya bangga. Maka, anak tersebut termotivasi untuk belajar agar ia dapat mencapai impiannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak atau melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Perspektif tentang Motivasi

 a. Perspektif Humanistik
Perspektif humanistik menitik beratkan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih tujuan mereka. Perspektif ini berhubungan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan dari terbawah hingga teratas sebagai berikut:
· Fisiologis: lapar, haus, tidur
· Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindingan dari perang dan kejahatan
· Cinta dan rasa memiliki: keamanan (seurity), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
· Harga diri: menghargai diri sendiri
· Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Misalnya seorang pengusaha telah menjadi sukses dan ingin mengaktualisasi dirinya dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan amal.

b. Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan mengarahkan motivasi mereka. Minat ini berfokus pada ide-ide motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalaan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Jadi, perspektif behavioristik memandang motivasi sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung-jawab untuk mengontrol prestasi mereka sendiri.

c. Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman, yaitu kebuthuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Contoh: Seorang anak yang termotivasi untuk datang ke sekolah karena setelah jam pelajaran terakhir selesai, ia akan bergabung ke ekstrakulikuler yang sangat diminatinya.

d. Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menitik beratkan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi seseorang. Insentif adalah peristiwa/stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku seseorang. Penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang baik dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat
Misalnya: Orang tua Lola berjanji untuk membelikan sepeda yang Lola inginkan bila ia mendapat juara lima besar. Akhirnya, Lola berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi juara. Dapat dilihat, motivasi yang diberikan orang tua yaitu insentif telah memberikan dorongan agar Lola belajar dengan rajin.

Motivasi Ekstrinstik dan Instrinstik
Motivasi Ekstrinstik
Motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia mendapatkan sesuatu yang lain. Misalnya, seorang anak belajar dengan giat karena ia berharap untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga ia akan dipuji oleh guru atau temannya. Jadi, tujuan dari belajar bukan untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik agar ia mendapatkan pujian ataupun hadiah dari orang lain. Motivasi ekstrinstik sering dipengaruhi dengan sistem imbalan dan hukuman.
Motivasi Instrinstik
Motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sendirinya dan tidak memerlukan rangsangan dari luar karena di dalam individu tersebut telah ada keinginan untuk melaksanakannya. Misalnya, seseorang ingin menjadi musisi yang hebat karena ia sangat mencintai pelajaran musik. Ia akan merasa senang bila ia bisa menjadi lebih baik setiap kali ia berlatih. Motivasi instrinstik merupakan motivasi yang muncul karena keinginan individu tersendiri.

Teori Atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk menemukan sebab-sebab dari perilaku dalam rangka memahami perilaku. Weiner mengindentifikasi tiga dimensi atribusi kausal:
-          Lokus
-          Stabilitas
-          Daya kontrol
Kombinasi dari tiga dimensi ini menghasilkan penjelasan yang ebrbeda tentang kegagalan dan kesuksesan. Orientasi Mastery akan berfokus pada tugas bukan pada kemampuan dan melibatkan sika positif dan strategi berorientasi solusi. Orientasi helpless berfokus pada kelemahan personal dan menghubungkan kesulitan dengan kekurangan kemampuan dan menunjukkan sifat negatif seperti bosan dan cemas. Orientasi kinerja lebih memerhatikan hasil daripada proses.

Self-efficacy(kecakapan diri) adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif. Bandura percaya bahwa kecakapan diri adalahh faktor yang memperngaruhi dalam prestasi siswa. Schunk berpendapat bahwa kecakapa diri memengaruhi pilihan tugas murid, dan bahwa murid dengan kecakapan rendah mngkin akan menghindari banyak tugas pembelajaran tertutama yang menantang atau yang sulit. Strategi instruksional yang menekankan “aku bisa melakukannya” akan bermanfaat bagi murid. Dweck dan Nicholls mendefinisikan tujuan dari segi focus yang berhubungan dengan prestasi langsung dan defnisi sukses. Menjadi perencanaan yang baik berarti mampu mengelola waktu secara efektif, menentukan prioritas dan menata. Memberikan kesempatan pada murid untuk mengembangkan keahlian manajemen waktu akan bermanfaat bagi pembelajaran dan prestasi mereka. Monitoring diri adalah aspek utama dari pembelajaran dan prestasi.

Motif Sosial, Hubungan Sosial dan Konteks Sosiokultural

Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia sosial. Misalnya kebutuhan sosial murid direfleksikan dalam keinginan mereka untuk popular dimata teman sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih,dan keinginan untuk menarik di mata orang yang mereka sukai.
Hubungan sosial adalah hubungan murid dengan orang tua, teman sebaya, kawan,guru dan mentor atau orang lain yang dapat memengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka.
Konteks Sosiokultural


Guru harus mengenali dan menghargai beragam-ragam kelompok kultural. Guru juga harus dapat membedakan status sosioekonomi dan pengaruh etnis. Perbedaan gender dalam sekolah juga berkaitan dengan prestasi dalam sekolah. Perhatian utama dalam perbedaan gender dalam prestasi berkaitan dengan keyakinan dan nilai dalam interaksi guru-murid, kurikulum dan isi, pelecehan seksual dan bias gender.

Inteligensi

Inteligensi
Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pula dan belajar dari pengalaman hidup. inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi tecermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
Jenis-jenis Tes Inteligensi
Berdasarkan penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu;
Tes Intelegensi individual
Tes ini hanya dilakukan oleh satu orang saja secara khusus. Tes Intelegensi individual diantaranya :
- Stanford - Binet Intelligence Scale
- Wechsler - Bellevue Intelligence Scale (WBIS)
- Wechsler - Intelligence Scale for Children (WISC)
- Wechsler - Adult Intelligence Scale (WAIS)
- Wechsler - Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI).
Kelebihan pada tes ini antara lain penguji dapat menilai dengan jelas bagaimana individu yang sedang menjalani tes tersebut. Misalnya mengamati bagaimana individu menyusun laporan, minat dan perhatian individu, kecemasan dalam pengerjaan tugas, serta tingkat toleransi menghadapi rasa frustasi. Kekurangan tes ini adalah kurang begitu nyaman.
Tes Intelegensi kelompok
Tes ini dilakukan guna mencari data secara cepat secara serentak. Tes Intelegensi kelompok diantaranya :
- Lorge-Thorndike Intelligence Tests
- Kuhlman-Anderson Intelligence Tests
- Otis - Lennon Mental Ability Test
Kelebihan pada tes ini antara lain rasa nyaman. Tes ini juga memiliki kekurangan antara lain peneliti tidak dapat menyusun laporan individu, tidak dapat menentukan tingkat kecemasan individu, instruksi yang kurang jelas karena ribut atau peserta yang satu diganggu oleh peserta lainnya.

Teori Inteligensi Triarkis
Menurut teori inteligensi triarkis Sternberg, inteligensi muncul dalam tiga bentuk, yaitu: analitis, kreatif dan praktis.
Delapan Kerangka Pikiran Howard Gardner
Teori ini di kemukakan oleh seorang tokoh bernama, Howard Gardner (1999), yang mengungkapkan bahwa intelegensi itu mengandung berbagai konstruk yang independen satu sama lain, bukan hanya dibentuk dari satu konstruk tunggal saja. Dengan kata lain dalam teori ini Gardner ingin menyebutkan bahwa intelegensi itu dibentuk dari berbagai (multi) kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Dan menurut tokoh ini ada delapan bidang kemampuan pembentuk intelegensi yang relatif independen satu sama lain, antara lain yaitu :
a. Kecerdasan Linguistik, merupakan kecerdasan yang digunakan untuk membaca buku, menulis makalah, novel, atau puisi dan memahami kata-kata yang diucapkan, dengan kata lain kecerdasan ini mencangkup tentang kemampuan penguasaan kata dan bahasa seseorang.
b. Kecerdasan Logis-Matematis, ini terkait dengan kemampuan penalaran dan matematis seseorang, yang biasanya digunakan untuk memecahkan persoalan matematis, menyeimbangkan buku keuangan, sampai pada pembuktian matematis.
c. Kecerdasan spasial, ini merupakan kemampuan seseorang terkait dengan ruang, antara lain terkait dengan pemahaman terhadap perbedaan satu tempat dari tempat lain, membaca peta, mengepak muatan dalam mobil dan lainnya.
d. Kecerdasan Musik, Terkait kemampuan yang bisa dignakan untuk menyanyikan sebuah lagu, menyusun sonata, memainkan musik, dan mengapresiasikan lagu dan musik.
e. Kecerdasan kinestetis tubuh, merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam mengatur gerakan tubuh, sehingga bisa digunakan untuk menari, bermain basket, berlari ataupun melempar galah.
f. Kecerdesan Interpesonal, kemampuan ini menyebabkan seseorang mudah menjalin hubungan dengan orang lain, seperti saat kita berusaha memahami perilaku orang lain, motif atau emosinya.
g. Kecerdasan Intrapersonal, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami diri sendiri, terkait bagaimana kita memahami siapa diri kita, kenapa kita bisa melakukan sesuatu, bagaimana kita kemudian mengubah diri kita berdasarkan kemampuan dan minat kita.
h. Kecerdasan Naturalistik, merupakan kemampuan kita yang digunakan untuk memahami pola-pola di alam.

Emotional Intelligence- Dalam teori Gardner disebut sebagai inteligensi interpersonal dan intrapersonal. Dalam teori Sternberg, kategori tersebut adalah inteligensi praktis. Peter Salovy dan John Mayer mendefinisikannya sebagai kemampuan memonitor perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk membedakannya, kemampuan untuk memandu pemikiran dan tindakan dirinya. Menurut Goleman, emotional intelligence terdiri dari empat area:
-          Developing emotional awareness- seperti kemampuan untuk memisahkan perasaan dari tindakan.
-          Managing emotions- seperti mampu untuk mengendalikan amarah.
-          Reading emotions- seperti memahami perspektif orang lain.
-          Handling relationships- seperti kemampuan untuk memecahkan problem hubungan.

Empat kontroversi dan isu yang berkaitan dengan inteligensi adalah:
-          Persoalan nature-nurture dari bagaimana warisan dan lingkungan berinteraksi untuk menghasilkan inteligensi.
-          Apakah orang memiliki inteligensi umum atau tidak
-          Seberapa adilkah tes inteligensi berlaku untuk lintas kelompok etnis dan kultural.

-          Apakah murid harus dikelompokkan berdasarkan kemampuannya.